Tips Jitu Untuk Mendeteksi Kebohongan
Jaman sekarang, rasanya istilah ‘bohong itu dosa’ sudah tidak di-pedulikan banyak orang. Sulit se-kali menemukan orang yang jujur, dalam hal-hal sepele atau hal-hal besar. Padahal dalam sebuah hu-bungan cinta atau pernikahan dan hubungan keluarga, kebohongan harusnya tidak diberikan tempat, alias ‘tak boleh ada dusta di antara kita’.
Okelah, mungkin kita masih bisa mentoleransi kebohongan kecil atau bahkan white lies. Tapi kebohongan besar yang sifatnya menutup-nutupi fakta, menyembunyikan kebenaran penting, melanggar janji, atau mengkhianati tak boleh sedikitpun ter-lontar. Ingat bahwa orang yang bohong adalah orang yang takut, lemah, bersalah... sementara yang berkata jujur adalah yang kuat dan benar. Nah, Anda mau di posisi yang mana?
Berikut ini tips mendeteksi kebohongan dari orang terdekat Anda. Gunakan dengan bijaksana, ya!
Tip 1: Tidak konsisten
Ketika Anda mau tahu apakah se-seorang sedang berbohong, cari hal-hal yang tidak konsisten atau ‘tidak nyambung’ pada kalimat-kalimat yang sedang mereka ucapkan. Cari juga hal-hal tidak logis dalam ucapan mereka.
Seorang penyelidik dan polisi yang telah bertugas selama 35 tahun memberikan contoh semacam ini: Ketika wanita yang ia interogasi berkata, “Saya langsung lari dan bersembunyi di semak-semak setelah mendengar suara tembakan—tanpa mencari asal suara,” maka polisi itu langsung tahu bahwa ia berbohong. Dia mendengar suara tembakan, tapi ia tidak melihat? Hal itu tidak masuk akal. Jadi waktu wanita itu sedang melihat ke arah lain, polisi itu menggebrak meja, dan wanita itu langsung menatap ke arahnya, kaget. Ketika seseorang mendengar suara, reaksi alaminya adalah untuk mencari asal suara tersebut. Jadi polisi itu paham bahwa wanita itu mendengar suara tembakan, melihat asal suara tembakan dan melihat penembaknya, baru ia lari dan bersembunyi. Investigasi polisi akhirnya membuktikan bahwa ia benar.
Itulah yang harus Anda cari ketika Anda berbicara kepada seseorang yang tidak jujur. Carilah hal-hal yang tidak logis dan tidak konsisten dari ucapan mereka.
Tip 2: Tanyakan Sesuatu yang Tidak Mereka Duga
Sekitar 4 persen dari populasi adalah pembohong yang ahli, jadi mereka tahu cara melakukannya dengan baik. Maka dari itu, jika Anda ber-hadapan dengan orang seperti ini, Anda harus menangkap basah mereka.
Caranya adalah dengan memperhatikan mereka baik-baik, dan ketika mereka sedang tidak mawas diri, tanyakan pertanyaan yang tidak mereka duga atau tidak siap untuk menjawabnya. Hal ini berguna untuk menjebak mereka.
Tip 3: Pertimbangkan Sikap Tidak Wajar
Salah satu indikator yang paling penting atas terjadinya ketidakjujuran adalah perubahan sikap. Maureen O’Sullivan, PhD, seorang profesor psi-kologi di Universitas San Francisco, meminta Anda memperhatikan orang yang harusnya nampak te-nang tapi malah kelihatan gugup, atau sebaliknya, orang yang harusnya nampak gugup tapi malah kelihatan tenang.
Triknya adalah mempertimbangkan sikap mereka terhadap apa yang harusnya mereka rasakan untuk meresepon suatu peristiwa. Apakah sikap seseorang berlawanan dengan bagaimana mereka seharusnya bersikap? Jika ya, ada kemungkinan bahwa ia sedang me-nutupi sebuah kebohongan.
Tip 4: Cari Emosi yang Tidak Diungkapkan dengan Jujur
Emosi apa yang bisa dipalsukan? Banyak, seperti tawa, kemarahan, ke-sedihan, rasa gugup, bingung, dan sebagainya. Contohnya begini: ke-banyakan orang tidak bisa memalsukan senyum. Jika seseorang ter-senyum palsu, biasanya waktunya tidak tepat, atau senyumnya ditahan terlalu lama, atau akan dikombinasikan dengan hal lain—seperti wajah marah dengan senyum. Hal itu bisa diketahui karena bibir mereka terlihat lebih tipis dan kurang penuh seperti senyum yang jujur. Emosi palsu ini adalah indikator yang tepat untuk mengetahui bahwa hal yang se-sungguhnya tidak diungkapkan dengan jujur.
Tip 5: Perhatikan Ekspresi Tersembunyi
Paul Ekman PhD, seorang ahli pendeteksi ke-bohongan di Amerika Serikat sekaligus profesor di University of California Medical School, San Francisco, mengatakan kita bisa melihat ekspresi tersembunyi di wajah seseorang. Ekspresi ter-sembunyi adalah ekspresi yang ditampilkan untuk waktu yang sangat-sangat singkat, biasanya ha-nya seperempat detik saja lamanya. Meski begitu, ekspresi tersembunyi ini menampakkan ungkapan perasaan yang sesungguhnya.
Jadi saat seseorang berakting seakan-akan ia bahagia, tapi sebenarnya ia sedang jengkel atau marah, rasa marah (yang ia rasakan sesungguhnya) akan sempat terungkap di wajahnya selama waktu yang sangat singkat. Triknya adalah melihat saat ekspresi tersembunyi itu terjadi.
Menurut Ekman, cara melihat ekspresi tersembunyi ini bisa dipelajari. Faktanya, rata-rata orang dapat mempelajarinya dalam waktu kurang dari satu jam.
Tip 6: Cari Kontradiksi dalam Perkataannya
Aturan umumnya adalah apa yang seseorang sampaikan melalui body language (bahasa tubuh) mereka yang tidak cocok dengan perkataan mereka adalah indikasi kebohongan, begitu kata Ekman. Contohnya, jika seseorang berkata dan berbohong, “Ya, orang itu yang mencuri uang saya,” tanpa sadar mereka akan menggelengkan kepalanya secara singkat, menyatakan, “tidak.” Itu adalah body language yang kontradiksi dengan apa yang mereka ucapkan.
Tip 7: Rasa Tidak Nyaman
Ketika seseorang tidak membuat kontak mata, dan itu bertentangan dengan cara mereka bersikap biasanya, hal itu dapat berarti bahwa mereka tidak jujur. Fakta ini diungkapkan Jenna Berman, PhD, seorang psikiater yang membuka praktek pribadi. Ciri-ciri lain mereka berbohong adalah ketika mereka melihat ke arah lain, mereka berkeringat, atau mereka nampak tidak nyaman.
Tip 8: Terlalu Banyak Detail
Ketika Anda bertanya pada suami Anda yang pulang kemalaman, “Kamu dari mana?” dan ia menjawab, “Pulang kantor aku mampir ke minimarket, aku mau membeli rokok dan pisau cukur, tiba-tiba aku nyaris mau menabrak kucing yang lewat, jadi aku jalan pelan-pelan,” dan seterusnya dan seterusnya. Wah, itu berarti mereka memberikan terlalu banyak detail.
Terlalu banyak detail bisa berarti mereka telah memikirkan dengan baik bagaimana cara untuk meyakinkan Anda, dan mereka merancang sebuah kebohongan sebagai solusinya.
Pada akhirnya, kita memiliki pilihan untuk menjadi orang yang selalu curiga atau terlalu mudah percaya. Jika kita menjadi orang yang curigaan, hidup akan terasa sangat sulit, tapi kita tidak akan mudah dibohongi. Kalau kita mudah percaya, hidup akan jadi lebih nyaman, tapi kadang-kadang kita bisa saja dibohongi.